Seperti kebanyakan masyarakat ketahui, andong atau delman merupakan jenis kendaraan tradisional yang telah digunakan sejak zaman kerajaan. Biasanya kendaraan ini digunakan oleh para raja atau keluarga kerajaan saat akan berangkat berperang maupun menghadiri acara-acara penting lainnya. Andong ditarik oleh kuda dan diarahkan oleh kusir dengan menarik tali yang terhubung ke pengait kuda. Kuda tersebut akan dihubungkan dengan kereta yang didesain terbuka. Jika pada zaman kerajaan kereta ini didesign tertutup, lain halnya dengan zaman sekarang yang keretanya memiliki konsep terbuka.
Andong banyak ditemui di tempat-tempat wisata khususnya di pulau jawa, salah satunya adalah Taman Wisata Candi Borobudur. Di kawasan Candi Borobudur terdapat puluhan andong yang menunggu wisatawan untuk menggunakan jasanya. Adanya andong di daerah ini berawal dari keadaan wisatawan yang menempuh jarak cukup jauh dari Plataran Candi Borobudur sampai ke parkiran. Berbeda dengan andong di tempat wisata lainnya, khusus di daerah Borobudur, sebelum mengantar ke parkiran andong ini akan mengajak wisatawan untuk keliling desa Borobudur sembari mengobrol santai. Rute perjalanan ini disebut dengan tilik deso (melihat desa).
Namun, program tilik ndeso ini ternyata mendapat kritikan dari pedagang kaki lima yang berdagang di sepanjang jalan Plataran Candi Borobudur. Mereka mengganggap bahwa program ini justru merugikan dan menurunkan omset mereka. Fenomena ini membuat Pak Kirno, selaku pengurus kelompok andong Borobudur, menjalin kerjasama dengan para pedagang kaki lima tersebut. Para pedagang kaki lima di sana dialihkan untuk berjualan di rumah masing-masing dan nantinya andong tersebut akan diarahkan untuk berkunjung ke sana. Kerjasama ini membuat tarif jasa andong tidak terlalu mahal karena benefit yang didapatkan menguntungkan kedua belah pihak. Jumlah biaya yang dibayar akan dibagi rata oleh pak kirno mulai dari tarif kusir, TWC, hingga biaya asuransi pemeliharaan andong. Beliau juga memberi biaya Rp1.000 pada setiap dusun yang dilewati andong tersebut.
Ditengah tingginya minat wisatawan terhadap andong, keadaan di lapangan justru berbanding terbalik dengan jumlah andong yang ada. Saat ini jumlah andong di Borobudur terus menurun. Hal ini disebabkan karena kurangnya minat pemuda untuk mewarisi usaha andong ini. Demi melestarikan andong, Pak Kirno bersedia untuk memfasilitasi siapa saja yang berniat untuk menjadi kusir andong. Syarat yang harus dipenuhi adalah memiliki kuda yang sehat dan penurut, siap menjadi kusir, serta keretanya, dan menaati aturan yang telah ditetapkan oleh pengelola. Di sisi lain, Pak Kirno juga menyediakan paket perjalanan sesuai dengan rutenya, antara lain Paket Tilik Ndeso dengan rute perjalanan dari pelataran langsung ke parkiran dengan tarif Rp100.000. Lalu paket Desa Wisata yang menempuh rute perjalanan lebih panjang dan memakan waktu kurang lebih 2 jam karena mengunjungi UMKM. Paket ini dikenakan biaya sebesar Rp150.000. Terakhir ada Paket Kereta Kuda, yaitu paket perjalanan yang rutenya hanya mengitari Taman Wisata Borobudur.
Andong Borobudur khususnya Paket Tilik Ndeso telah mendapatkan juara 1 pada Lomba Cipta Award yang telah diadakan. Penghargaan ini tentunya menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi pengelola andong Borobudur karena berhasil mengungguli Desa Wisata di Bali.